Penulis: Admin Thursday, 28 August 2025
Jambi, 27 Agustus 2025 – Suasana di Gedung Serbaguna MAN Insan Cendekia Jambi mendadak panas. Ratusan siswa memenuhi ruangan untuk menyaksikan langsung pertarungan ide para pasangan calon (paslon) OSIS, Majelis Permusyawaratan Siswa (MPS), dan Language Development Program (LDP) dalam ajang debat Kompetisi Pemilihan Organisasi Madrasah Leadership (KPOML) 2025.
Acara dibuka dengan khidmat melalui pembacaan Ummul Qur’an oleh Daffa Shidqi Insanni dan sambutan Wakil Kepala Bidang Kesiswaan Chairul Wahyudi, S.Pd. Ia menegaskan bahwa debat ini bukan sekadar formalitas, melainkan “panggung sesungguhnya” bagi calon pemimpin muda untuk menunjukkan kualitas kepemimpinan, retorika, dan keberanian.
Debat pertama menghadirkan tiga paslon OSIS: Bintang Aleric dan Kaustar Syahrul Ramadhan, M. Firza dan Zaidul Athaa, serta M. Irsyadul Iman dan M. Nadief Soesilo Nugroho. Tiga paslon OSIS menampilkan program berbeda: penguatan solidaritas siswa, digitalisasi informasi, hingga inovasi kegiatan ekstrakurikuler. Suasana riuh ketika mereka saling menanggapi dan mengkritik visi lawan, disambut sorakan meriah penonton.
Debat berlanjut ke arena pasangan calon MPS: Fawaid Zola dan Rafa
Assyarof Adilla, Firyal Hanifah dan Zahwa Aulia Nisa, serta M. Rafie dan Adly
Rasya Pratama. Paslon MPS menegaskan peran mereka sebagai “parlemen mini”
madrasah, dengan visi utama memperkuat transparansi organisasi, meningkatkan
fungsi pengawasan, serta menumbuhkan budaya musyawarah. Tepuk tangan dan
teriakan dukungan membuat suasana debat kian tegang bak sidang parlemen
sungguhan.
Sorotan terakhir jatuh pada pasangan calon LDP: Aisha Victoria Nizori dan Raudhatul Jannah serta Eshan Dafi Ahmad dan Raden Taufik Kaisar Yahya. Kedua paslon mengusung visi global dengan misi kelas bahasa asing intensif, pelatihan debat internasional, dan gerakan literasi kreatif. Retorika mereka yang rapi dan percaya diri membuat audiens terpukau.
Sorotan terakhir jatuh pada pasangan calon LDP: Aisha Victoria Nizori dan Raudhatul Jannah serta Eshan Dafi Ahmad dan Raden Taufik Kaisar Yahya. Kedua paslon mengusung visi global dengan misi kelas bahasa asing intensif, pelatihan debat internasional, dan gerakan literasi kreatif. Retorika mereka yang rapi dan percaya diri membuat audiens terpukau.
Yang membuat debat semakin panas adalah sesi pertanyaan audiens. Para siswa tak ragu melontarkan pertanyaan kritis, bahkan menohok, yang membuat para paslon harus berpikir cepat. Sorakan, tepuk tangan, hingga dukungan fanatik menjadikan suasana bak panggung politik profesional.